Tag: panas

6 Fakta Fenomena Cuaca Panas Indonesia, Penyebab hingga Rekor

6 Fakta Fenomena Cuaca Panas Indonesia, Penyebab hingga Rekor

Sejumlah wilayah di Indonesia diselimuti cuaca panas yang terbilang ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah fakta-fakta fenomena meteorologi ini terungkap, mulai dari penyebab hingga rekor panas tertinggi.

Fenomena suhu panas di sejumlah wilayah ini dirasakan oleh sejumlah kota, terutama di bagian Indonesia selatan, sejak hari pertama Lebaran Idulfitri 1443 Hijriah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena ini pada umumnya membuat warga merasa gerah.

Angka suhu pun diketahui memang melampaui batas maksimal normal. Di Jakarta, suhunya sempat menyentuh 36 derajat Celsius. Di saat yang sama, ada gelombang panas yang menyerang sejumlah negara, seperti India dan Pakistan.

Untuk melihat lebih jauh fenomena suhu ini sekaligus menjawab pertanyaan warga, pakar https://colinburgon.co.uk/ mengungkap sejumlah fakta terkait suhu panas itu.

6 Fakta Fenomena Cuaca Panas Indonesia, Penyebab hingga Rekor

1. Pengaruh pancaroba

Koordinator Bidang Cuaca dan Peringatan Dini BMKG Miming Saefudin menyebut kondisi itu terjadi karena saat ini Indonesia tengah memasuki musim pancaroba atau periode peralihan musim hujan ke kemarau.

Dia mengatakan umumnya pada periode pancaroba atau musim peralihan ke kemarau, kondisi cuaca terutama pada pagi hari didominasi dengan kondisi cuaca cerah, dan tingkat awan yang sangat rendah.

Hal ini menyebabkan suhu yang cukup panas dan terik pada siang hari, dengan potensi hujan yang disertai kilat atau petir.

2. Kelembapan tinggi

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fahry Rajab mengungkapkan suhu kali ini pada prinsipnya masih normal yakni berkisar pada 33-36 derajat Celsius.

“Tapi kenapa kok rasanya panas banget? Ada pengaruh lain, yaitu kelembapan udara. Karena Indonesia itu tropis, kelembapannya tinggi. Jadi kombinasi suhu dan kelembapan itu yang bikin gerah karena penguapan tubuh semakin banyak,” jelas Fahry.

3. Awan tipis

Miming menambahkan kondisi cuaca terutama pada pagi hari didominasi dengan kondisi cerah dan tingkat awan yang sangat rendah. Hal ini bisa memicu suhu yang cukup panas dan terik pada siang hari.

“Hal ini dapat terjadi karena minimnya tutupan awan di wilayah jabodetabek pada pagi hari sehingga terjadi pemanasan radiasi matahari maksimal hingga di permukaan. Lalu pada siang-sore hari umumnya akan terbentuk awan-awan dan dapat terjadi hujan,” jelasnya.

4. Pengaruhi posisi matahari

Miming menjelaskan posisi semu matahari berada di arah wilayah utara ekuator alias khatulistiwa, atau tepatnya di sekitar lintang 14 derajat dan masih bergerak ke utara hingga Juni 2022.

Gerak semu matahari sendiri merupakan penampakan pusat tata surya itu yang seolah-olah bergerak dari timur ke barat (gerak semu harian, pengaruh rotasi bumi) atau selatan-utara (gerak semu tahunan, efek revolusi bumi).

Akibat gerak semu ini, terutama gerak semu tahunan, matahari jarang tepat berada di tengah garis khatulistiwa, yakni hanya pada Maret dan September. Pada saat itulah warga di khatulistiwa akan merasakan matahari lebih panas.

Puncak musim kemarau di Indonesia sendiri secara umum berlangsung pada Juni 2022.

5. Rekor Suhu panas capai 40 derajat

Suhu panas di wilayah Jabodetabek belakangan ini menurut BMKG tertinggi ada di 36,1 derajat celcius. Sedangkan suhu maksimum di Kota Bandung hingga 31,6 derajat celcius.

Fahry Rajab menjelaskan suhu panas di Jabodetabek bukanlah yang tertinggi. Rekor suhu di Indonesia yang pernah tercatat adalah 40 derajat celsius di Larantuka, Flores Timur, NTT, 2012.

6. Bukan gelombang panas

Fenomena gelombang panas atau heatwave kerap dikaitkan dengan suhu panas belakangan. BMKG menyebut gelombang panas merupakan kondisi udara panas berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. Sementara, Indonesia mengalami kondisi suhu panas dalam skala variabilitas harian.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan gelombang panas biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi, seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah.

Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG soal Cuaca Terik di Indonesia

Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG soal Cuaca Terik di Indonesia

Masyarakat di beberapa wilayah Indonesia merasakan panas terik akhir-akhir ini. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap suhu maksimum selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33 – 36.1 °C dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36.1 °C terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut, kondisi suhu terik di wilayah Indonesia harus diwaspadai hingga pertengahan Mei.

“Kewaspadaan kondisi suhu panas terik pada siang hari masih harus diwaspadai hingga pertengahan Mei,” kata Guswanto dalam keterangannya, Senin (9/5/2022).

Fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari, kata Guswanto, dipicu oleh beberapa hal. Pertama, posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, di mana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang.

“Sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi,” kata dia.

Kedua, dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.

Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG soal Cuaca Terik di Indonesia

Bukan Gelombang Panas

Ketiga, panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan fenomena Gelombang Panas.

“Menurut WMO (World Meteorological Organization), Gelombang Panas atau heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih,” kata dia.

Fenomena gelombang panas, lanjut Guswanto, biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. “Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian,” imbuhnya https://colinburgon.co.uk/.

Oleh karena itu BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari.

“Juga kepada warga yang akan melaksanakan perjalanan mudik atau mudik balik supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya,” pungkasnya.