Sejumlah wilayah di Indonesia diselimuti cuaca panas yang terbilang ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah fakta-fakta fenomena meteorologi ini terungkap, mulai dari penyebab hingga rekor panas tertinggi.
Fenomena suhu panas di sejumlah wilayah ini dirasakan oleh sejumlah kota, terutama di bagian Indonesia selatan, sejak hari pertama Lebaran Idulfitri 1443 Hijriah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena ini pada umumnya membuat warga merasa gerah.
Angka suhu pun diketahui memang melampaui batas maksimal normal. Di Jakarta, suhunya sempat menyentuh 36 derajat Celsius. Di saat yang sama, ada gelombang panas yang menyerang sejumlah negara, seperti India dan Pakistan.
Untuk melihat lebih jauh fenomena suhu ini sekaligus menjawab pertanyaan warga, pakar https://colinburgon.co.uk/ mengungkap sejumlah fakta terkait suhu panas itu.
1. Pengaruh pancaroba
Koordinator Bidang Cuaca dan Peringatan Dini BMKG Miming Saefudin menyebut kondisi itu terjadi karena saat ini Indonesia tengah memasuki musim pancaroba atau periode peralihan musim hujan ke kemarau.
Dia mengatakan umumnya pada periode pancaroba atau musim peralihan ke kemarau, kondisi cuaca terutama pada pagi hari didominasi dengan kondisi cuaca cerah, dan tingkat awan yang sangat rendah.
Hal ini menyebabkan suhu yang cukup panas dan terik pada siang hari, dengan potensi hujan yang disertai kilat atau petir.
2. Kelembapan tinggi
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fahry Rajab mengungkapkan suhu kali ini pada prinsipnya masih normal yakni berkisar pada 33-36 derajat Celsius.
“Tapi kenapa kok rasanya panas banget? Ada pengaruh lain, yaitu kelembapan udara. Karena Indonesia itu tropis, kelembapannya tinggi. Jadi kombinasi suhu dan kelembapan itu yang bikin gerah karena penguapan tubuh semakin banyak,” jelas Fahry.
3. Awan tipis
Miming menambahkan kondisi cuaca terutama pada pagi hari didominasi dengan kondisi cerah dan tingkat awan yang sangat rendah. Hal ini bisa memicu suhu yang cukup panas dan terik pada siang hari.
“Hal ini dapat terjadi karena minimnya tutupan awan di wilayah jabodetabek pada pagi hari sehingga terjadi pemanasan radiasi matahari maksimal hingga di permukaan. Lalu pada siang-sore hari umumnya akan terbentuk awan-awan dan dapat terjadi hujan,” jelasnya.
4. Pengaruhi posisi matahari
Miming menjelaskan posisi semu matahari berada di arah wilayah utara ekuator alias khatulistiwa, atau tepatnya di sekitar lintang 14 derajat dan masih bergerak ke utara hingga Juni 2022.
Gerak semu matahari sendiri merupakan penampakan pusat tata surya itu yang seolah-olah bergerak dari timur ke barat (gerak semu harian, pengaruh rotasi bumi) atau selatan-utara (gerak semu tahunan, efek revolusi bumi).
Akibat gerak semu ini, terutama gerak semu tahunan, matahari jarang tepat berada di tengah garis khatulistiwa, yakni hanya pada Maret dan September. Pada saat itulah warga di khatulistiwa akan merasakan matahari lebih panas.
Puncak musim kemarau di Indonesia sendiri secara umum berlangsung pada Juni 2022.
5. Rekor Suhu panas capai 40 derajat
Suhu panas di wilayah Jabodetabek belakangan ini menurut BMKG tertinggi ada di 36,1 derajat celcius. Sedangkan suhu maksimum di Kota Bandung hingga 31,6 derajat celcius.
Fahry Rajab menjelaskan suhu panas di Jabodetabek bukanlah yang tertinggi. Rekor suhu di Indonesia yang pernah tercatat adalah 40 derajat celsius di Larantuka, Flores Timur, NTT, 2012.
6. Bukan gelombang panas
Fenomena gelombang panas atau heatwave kerap dikaitkan dengan suhu panas belakangan. BMKG menyebut gelombang panas merupakan kondisi udara panas berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. Sementara, Indonesia mengalami kondisi suhu panas dalam skala variabilitas harian.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan gelombang panas biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi, seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah.