Puluhan juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca yang didistribusikan Vaccines Global Access (COVAX) dilaporkan ditolak oleh negara miskin. Global Alliance for Vaccines and Immunization (Gavi) mengungkapkan sebagian negara lebih memilih vaksin J&J, Moderna, dan Pfizer.
Hibah sebanyak 35 juta dosis vaksin AstraZeneca ditolak karena penunjuk waktu kadaluarsanya yang singkat, yakni hanya 6 bulan. Hal ini menjadi tantangan, terutama di negara yang memiliki keterbatasan infrastruktur sehingga tidak bisa cepat memberikannya pada warga.
“Ada indikasi preferensi umur penyimpanan yang tidak bisa dipenuhi dengan suplai vaksin AstraZeneca untuk menjaga dari varian omicron,” ujar juru bicara untuk Gavi seperti dikutip dari WHO, Sabtu (16/4/2022).
Gavi mengaku telah mendorong AstraZeneca untuk mengajukan perpanjangan tanggal kadaluarsa ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). AstraZeneca belum memberikan tanggapan, tetapi disebut tengah berusaha bekerja sama dengan regulator dan WHO untuk memperpanjang umur penyimpanan.
WHO sendiri sebelumnya sempat mengatakan telah memperpanjang anjuran penyimpanan untuk vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh India, Covishield, dari 6 bulan menjadi 9 bulan.
Sebelumnya Filipina juga menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk masyarakat di bawah usia 60 tahun. Keputusan ini diambil setelah regulator Eropa menemukan kemungkinan hubungan kasus pembekuan darah langka di antara beberapa penerima dewasa.
Badan Obat-obatan Eropa (EMA) dan regulator obat Inggris Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) menemukan vaksin AstraZeneca memiliki hubungan dengan masalah pembekuan darah meski manfaatnya tetap lebih besar dibanding risiko.
Menanggapi hal ini, AstraZeneca mengatakan sedang bekerja dengan regulator Inggris dan Uni Eropa untuk mendaftar kemungkinan pembekuan darah otak sebagai “efek samping potensial yang sangat langka”. Selain soal keamanan, soal pasokan juga menimbulkan tanda tanya di sejumlah negara.
AstraZeneca merupakan vaksin corona termurah yang ada saat in, dengan pasokan cukup banyak. Vaksin ini juga tidak perlu pendingin ekstrem seperti vaksin lainnya. Hal ini menjadikan AstraZeneca menjadi vaksin unggulan program inokulasi di negara berkembang dan COVAX.